Thursday, July 10, 2008

PERSIS MILIK SUPORTER

Pasoepati adalah suporter yang pernah mendukung 3 tim yang berbeda. Ketika di tinggal oleh “istri” pertamanya (pelita solo) Pasoepati kembali dipinang oleh “Persijatim” walaupun akhirnya bercerai juga. Tapi yang pelu diingat ketika persijatim ingin meninggalkan solo ada tawaran pengambilalihan induk / pemilik tim Persijatim (yaitu klub Bina Taruna) oleh investor Solo juga tidak mendapat respons memadai dari pihak Pemerintah Kota Solo. Dan kemudian untuk ketiga kali nya pasoepati mendukung tim yang berbeda kali ini adalah persis solo. Tim yang benar – benar merupakan produk asli solo, dan persis bukan tim yang sembarangan, berada di posisi 11 (sempat masuk seleksi LS) dan di coppa indonesia sampai 16 besar. Sebuah prestasi yang lumayan untuk kisaran tim yang baru promosi ke divisi utama. Tapi lagi lagi publik solo terancam akan kehilangan timnya lagi. Belum lama ini manajemen mengumumkan kesulitan dana menerpa tim.

DONASI DANA
Sebuah angan yang bukan hanya sekedar angan belaka. karena Ebbsfleet United,
Klub Pertama Milik Komunitas Website. Ebbsfleet United diakuisisi sebuah komunitas website yang beranggota 28 ribu orang di seluruh dunia. Penentuan pemain dan pelatih dilakukan via voting online.Kemungkinan itu terbuka menyusul resmi diakuisisinya Ebsfleet United oleh komunitas yang tergabung dalam situs www.myfootballclub.co.uk (MyFC).
Komunitas yang beranggota 28 ribu orang itu membeli 75 persen saham klub penghuni Blue Square Premier League (satu setrip persis di bawah League Two, divisi terendah di hierarki Liga Inggris, Red) tersebut. Namanya juga komunitas maya, anggotanya pun melintasi batas negara.

Bagaimana dengan pasoepati dengan persisnya?. Berkali kali kali admin situs pasoepati.net meng hubungi penulis baik lewat Yahho massenger maupun lewat sms untuk melakukan sebuah gerakan untuk "membantu" persis yang sedang kesulitan dana. wujud gerakan nya melalui sebuah donasi.Sangat menarik memang dan memang itu salah satu upaya untuk terus menyelamatkan persis agar tetap eksis. salut buat kegigihan mu cha.

Kejadian keinginan pembelian klub juga pernah terlontar dari suporter the reds liverpool, untuk membeli klub tersebut dari emilik asal Amerika Serikat George Gillet dan Tom Hicks setelah merebak kekhawatiran akan kepengurusan klub tersebut. walaupun itu tidak terjadi tapi setidaknya itu juga sebuah contoh pembelajaran buat kita..

Akan tetapi pengumpulan donasi bisa dijadikan alternatif kesekian, karena penulis yakin kalau sebenarnya ada “rembugan” antara berbagai belah pihak (suporter, manajemen, pemda, masyarakat)akan ada sedikit titik terang untuk mengurai masalah dana ini. Persis sudah bukan tanggung jawab manajemen lagi tapi semua pihak yang masih menginginkan solo masih mempunyai mempunyai tim berhak ikut serta urun rembug untuk merumuskan akan dibawa kemana persis.

Terimakasih yang sangat besar untuk admin yang terus berupaya mengumpulkan “dedengkot” pasoepati untuk merumuskan masalah ini. Pasoejak hanya bisa nitip doa dan sedikit urun rembug via internet karena untuk ikut “bergerak” disolo kok rasanya tidak mungkin.

Fenomena Sup Batu

Teringat tulisan pak Bambang haryanto soal fenomena sup batu. Kata sahibul hikayat, terdapat dua orang menaruh kuali besar di atas tungku yang menyala, di tengah alun-alun kota. Dalam kuali dimasukkan air dan sebutir batu. Sejurus kemudian dua orang itu segera mengaduk-aduk “masakan”-nya secara sungguh-sungguh dan bersuka ria.

Lalu datanglah orang ketiga. Ia penasaran, ingin tahu apa yang dikerjakan oleh dua orang yang tampak riang tadi. Ia diberitahu bahwa mereka berdua sedang memasak sup yang lezat, tetapi saat itu masih kekurangan wortel. Orang ketiga itu pun pulang. Ia datang kembali membawa wortel yang segera dituangkan ke dalam kuali. Ia pun segera ikut mengaduk-aduknya.

Orang berikutnya datang menyumbang kubis, loncang, seledri, garam, minyak, penyedap rasa, kaldu, daging, dan keperluan sup lainnya. Adonan tersebut makin lama memang terasa menguarkan aroma yang menggugah selera.

Dan sekarang kita sudah tidak memasak sup batu tapi kita harus berkumpul untuk memasak sebuah sup yang sesungguhnya. Semoga dengan berembugnya kelompok kelompok tadi sup yang bernama “persis” siap dihidangkan kembali untuk kita.


1