Wednesday, July 30, 2008

Orangtua Dan Agama Merestui Cinta Mereka, Tidak Demikian Dengan Sepakbola

Sebagai penggemar bola tanah air saat ini apa yang membekas akhir akhir ini di benak anda – anda semua. Soal heroiknya arema yang bisa meng”hitam” kan kajuruhan atau soal sangsi buat viking yang menyusul arema untuk tidak boleh memasuki seluruh stadion di indonesia dalam kurun waktu 1 tahun kedepan.atu bahkan larangan ijin bertanding persija di GBK ketika melawan persita. Apapun itu tapi terimakasih anda telah dan masih tetap concern terhadap sepakbola dalam negeri kita yang kalau dipikir sudah parahnya minta apun untuk terus selalu diikuti.

Menyebut sepakbola nasional banyak sekali orang mengerutkan dahi atau bahkan tersenyum nyinyir meledek, bagi mereka tadi sepakbola indonesia sudah bukan sesuatu yang menarik untuk diperbincangkan apalagi dikupas lebih dalm dalam bentuk apapun. Berbeda tatkala ngobrol dengan UCUP pria yang bernama asli muhammad yusuf andibachtiar siswodahono ini justru sangat peduli atau bahasa kerennya concern dengan sepakbola kita, lewat 2 buah film nya yang kesemuanya bertema sepakbola indonesia, lelaki yang beristrikan swastika ini bahkan kembali akan membuat sebuah film berjudul romeo juliet (romjul) yang berkisah tentang asmara antara Rangga (pendukung setia the jak) dan desi (ladi vikers alias bobotoh persib) terbayang kah di benak pembaca semua bagaimana dahsyatnya film itu nanti

Bertemu dua kali dengan ucup ketika topik minggu ini sctv yang membahas kerusuhan arema di kediri di gedung indopos palmerah dan saat pemutaran perdana The Conductors di blitz megaplex membuat saya meletakkan ucup dibarisan orang orang yang saya angap spesial, selain ucup ada pak bambang haryanto, salah satu pentolan pasoepati juga yang kebetulan adalah salah satu kontributor majalah freekick yang di “bossi” oleh ucup sendiri. dan sebuah kebanggan bisa menuliskan tentang dia di blog saya ini.

Kembali ke film romeo dan juliet, sebuah ide yang menurut saya bener bener brilian, dari sebuah judul karya terkenal William Shakespeare ucup berusaha membuat sesuatu yang berbeda, dilihat dari kacamatanya seorang suporter. Kebencian keluarga Montague dengan keluarga Capulet di ibaratkan ucup seperti berseterunya Jakarta dengan Bandung. Bandung dan Jakarta dalam dunia sepakbola kita semua sudah tahu bagaimana itu. dan apakah ini adalah bentuk atau upaya filmmaker untuk menciptakan sebuah rekonsiliasi perdamaian antar kedua kota tadi. Dengan mengusung tagline an eye for an eye will make the world goes blind," dari gandhi. Entah bagaimanapun nanti jalan ceritanya tapi aku yakin dari judul dan sekelumit cerita yang sempat ia tulis di blog pribadinya, film ke 3 ini aku yakin dan semoga, bisa sedikit mengalahkan 2 film terdahulunya yaitu the jak (The Jak adalah bagian akhir dari trilogi This Is A Good Day To Win. Bagian pertama yang berjudul Jakarta Is Mine memang sempat gagal lolos seleksi Jakarta International Film Festival tahun 2003, namun berturut-turut festival di Eropa dan Amerika Latin rajin mengundang keikut sertaan film berdurasi 14 menit tersebut. Bagian kedua yang diberi titel Hardline bisa jadi adalah bagian yang sampai hari ini memiliki pencapaian paling fenomenal. Tak kurang Festival Film Rotterdam menyebut film ini sebagai “The most beautiful supporters’ song ever recorded in video,” terpilih sebagai film resmi Piala Dunia 2006, mewakili Asia sebagai film sepakbola terpilih di Sao Paolo, diundang ke banyak festival di dunia sampai dijadikan kajian tata ruang kota di sebuah universitas di Helsinki) dan The Conductors (Masih berkaitan dengan sepak bola, dunia yang sangat dicintainya, Ucup kali ini menghadirkan kepemimpinan yang ditunjukkan oleh tiga orang conductors atau pemimpin lagu dari tiga kalangan yang berbeda, Orchestra diwakili Addie MS (Twilite Orchestra), Paduan Suara Mahasiswa AG Sudibyo (Paduan Suara Mahasiswa UI) dan pendukung sepakbola Yuli “Soemphil (Aremania)dan pernah di putar di Pusan International Film Festival di Busan, Korea Selatan, dan di Jakarta Internasional Film Festival (JiFFest) 2007)

Ilmu Padi.
Sebuah sikap yang lebih diambil lelaki berzodiak capricorn ini, bukan jumawa untuk terus menepuk dada tapi rendah hati yang selalu ia ambil, sebuah kutipan di blog nya “Saya menyebut saya sebagai pemain dari Liga Ceko, karena saya dan banyak teman saya bukanlah pemain utama di industri film Indonesia. Kami datang dari dunia antah berantah, berproduksi dan kemudian memenangkan banyak gelar di berbagai ajang di dunia. Kami bukan Liga Inggris yang gemerlap dengan segala pesonanya namun lolos ke kejuaraan Eropapun tidak. Jadi jangan heran, seperti Sparta Praha, Slovan Liberec dll yang kadang kala harus lewat kualifikasi dulu sebelum berangkat ke Champions League, saya (dan bisa jadi kawan-kawan sejenis) harus bersedia untuk tidak berada di peringkat awal prioritas. Sikap serupa yang dimiliki pak Bambang Haryanto yang lebih memilih di anggap WW (Wong Wonogiri) sebuah kota kecil di selatan surakarta. Padahal prestasinya sangat luarbiasa. Sebuah keteladanan yang mungkin bisa kita ambil dari orang “besar” seperti mereka.

Dan sebuah cita – cita di dunia sepak bola nya adalah menjadi ketua umum PSSI “cukup 2 musim “katanya . Dan membawa indonesia ke semifinal piala asia akan jadi targetnya kalau cita citanya itu terlaksana, selain itu dia juga ingin membuat liga yang kompetitif dan terstruktur secara profesional. Amieen.

Sukses buat romeo juliet nya cup.


1