sebuah kenyataan yang cukup pahit kembali menerpa kondisi kita (pasoepati) kekalahan cukup menyakitkan dari Laskar mataram tanggal 7 kemarin kembali membuat euforia tentang sebuah kebangkitan hilang. jika selama ini optimisme dengan adanya 3 pemain asing plus jeda kompetisi yang terus digunakan edu untuk mengasah pemain pemain nya menyeruak hangat sebelum partai lawan PSIM, tidak demikian dengan saat ini. kekalahan dari PSIM cukup meninggalkan sebuah gores luka yang teramat dalam buat pasoepati khususnya. jargon boleh kalah dari siapapun asal jangan dari jogja seperti sudah terpatri...akan tetapi sebuah "kedewasaan" telah mulai muncul dalam tubuh pasoepati. kekalahan yang tetap diterima para penggemarnya merupakan sebuah "kemenangan" tersendiri bagi kelompok suporter ini.
sebuah sikap yang benar benar membuat salut buat penulis. ketika banyak suporter yang tidak puas dengan kekalahan di kandang nya. pasoepati berjiwa besar untuk tidak menodai kekalahan nya dengan kerusuhan kerusuhan. apalagi kekalahan itu dari musuh bebuyutan nya. bukankah ini sebuah kemenangan dalam mengontrol emosi.
tgl 11 Oktober nanti pasoepati kembali diuji kesabaran nya. melawan persiba yang notabene adalah penghuni papan atas divisi utama tentu bukan upa yang mudah. keikhlasan dan kesabaran pasoepati kembali diuji.
dan jawaban kami tentu adalah...... "dukung solo atau tidak sama sekali........."
0 komentar:
Post a Comment