Thursday, June 19, 2008

PERSIS 100% non APBD

Solo, Tidak lolosnya Persis Solo dalam verifikasi Liga Super tahun 2008 harus disikapi secara positif oleh Pasoepati dan warga solo. Belum terbentuknya materi tim adalah karena molornya jadwal dari BLI yang membuat persiapan pembentukan tim menjadi terhambat sampai saat ini.

Terlebih lagi bahwa pemkot solo sebagai sang empunya tim secara tegas tidak akan menggunakan dana APBD untuk membiayai tim dari kota bengawan ini dalam mengarungi kompetisi divisi utama musim ini.


Sikap pasif pasoepati

“Masalah ini harus segera dipecahkan agar tidak menjadi berkepanjangan” ungkap Dika “katrok” (korwil karanganyar). Memang masalah dana ini menjadi salah satu kunci sukses dalam kelangsungan nasib sebuah tim.

“Sebenarnya kami, pasoepati, siap untuk urunan bersama dalam penggalangan dana bagi Persis Solo” ungkap prapto koting. Namun koting menambahkan bahwa langkah ini harus dipikirkan secara matang karena menyangkut nama besar Pasoepati dan akan menjadi masalah yang besar jika nantinya terjadi penyimpangan.

Tiga sponsor yang diusung manajemen ternyata hanya seperti isapan jempol belaka, karena hingga saat ini belum ada komitmen yang jelas dari sponsor tersebut, sehingga manajemen selalu mengundur jadwal seleksi pemain.

PERSIS SOLO menjadi klub perserikatan pertama di indonesia yang tidak menggunakan dana APBD

Terkait gagalnya persis solo masuk liga super adalah hal positif yang bisa digunakan untuk belajar dari bawah untuk menapaki menjadi klub yang profesional. Hal tersebut menjadi sebuah wacana yang wajar, mengingat secara materi dan finansial hanya akan menghamburkan uang dan tidak menghasilkan prestasi maksimal.

PSIM jogja malah bangkrut dan membubarkan tim yang sudah jadi setelah mereka kekurangan dana ditengah jalan. Persis melakukan hal yang hebat dengan mengamati segalanya dengan cermat, meskipun terkesan sangat lambat dalam membentuk tim.

Masih ingakah kita ketika Arema Malang pernah terdegradasi tahun 2004 ke divisi satu, namun mereka cepat melakukan pembenahan yang akhirnya mereka bisa juara divisi satu tahun 2005 dan juara copa tahun 2006.

Hal terpenting yang dilakukan saat ini adalah belajar untuk menjadi profesional dengan memanfaatkan potensi yang dipunyai. Bukan dengan cara instan yang ternyata bukan zamanya lagi pada era sepakbola yang beorientasi bisnis dan profesionalisme. *nacha (www.pasoepati.net)

1