Kadang kala ngerasa Jenuh menjalani rutinitas kehidupan ini. Bangun pagi Kerja Pulang Malam lalu rebah dipembaringan. Rutinitas yang melelahkan, nggak ada waktu buat refresing kalaupun ada hari libur itu terpakai untuk mulihin kondisi badan yaitu tidur.
Entah nyampai kapan aku akan terus begini. Mau nyari kerja tempat lain blm dapet, lamaran udah di sebar kemana – mana tapi tetap aja gak ada yang berhasil. Atau mungkin dengan seperti ini Tuhan menguji seberapa kadar keimanan ku. Ahh makhluk kaya aku seberapa sih kadar imannya. Kadang jenuh banget rasanya sampai sampai harus bolos dari kerjaan buat nenangin diri. Kadang penyesalan tentang masa lalu itu selalu membayangi dan bagai bola salju yang mengelinding yang sewaktu – waktu pasti akan menimpaku. Tuhan aku mengeluh kepadaMU Tuhan.
Mungkin aku harus keluar dari kerjaan sekarang agar bisa fokus untuk mencari pekerjaan lebih serius lagi. Tapi begitu keluar apa langsung dapet, kalau harus nunggu lagi. Beban lagi dong. Ah emboh mumet sirahku.
Tapi ya mau apalagi hidup memang harus dijalani kok, bosen enggaknya kita dalam menghadapi sesuatu itu kan tergantung kita bagaimana memanage nya agar kombinasi tentang hidup tercipta. Tapi pernah terbersit sebuah keinginan untuk berhijrah agar mendapatkan kehidupan lebih baik paling tidak lebih baik dari dalam segi beragama. Banyak Ibroh (pelajaran) dari kaum terdahulu terutama Nabiyullah Muhammad SAW. Kala perkembangan islam mendapat perlawanan yang bukan main ketika di Makkah maka turunlah ayat yang memerintahkan Nabi untuk berhijrah ke Madinah. Dan dengan hijrahnya Nabi Islam berkembang dengan pesat di Madinah. Keadaan kita tidak jauh berbeda dengan Jaman Nabi hanya rintangan yang dialami berbeda. Kala Nabi Kafir – Kafir Quraisy adalah yang menentang Nabi tapi kalau kita nafsu dalam diri kita sendiri yang selalu menentang kita untuk menegakkan Islam secara kaffah dalam diri ini. Kita ibarat menghadapi gerhana bulan Bulan yang kita bisa umpamakan sebagai nafsu dalam jiwa kita, nafsu ini harusnya bisa kita kendalikan agar menjadi nafsu mutmainah, ternyata nafsu kita menjadikan kita manusia manusia yang berhati dan berkelakuan seperti binatang. Matahari adalah Jiwa yang suci, nurani yang fitri. Dan bumi adalah tindak tanduk kita. Jika Matahari (jiwa) bisa menyinari dengan normal tanpa halangan bulan(nafsu) maka bumi (perilaku) kita akan tercerahkan. Namun apabila sang bulan (nafsu) menghalangi pancaran jiwa matahari maka perilaku kita akan buram seburam gerhana. Apakah kita akan terus menerus hidup dalam keburaman seperti ini ataukah kita geser bulan yang menghalangi pancaran matahari agar kita mendapat cahayaNYA dengan benderang. Berhijrah bukan sekedar berpindah dari tempat satu ketempat lainnya, dari perilaku satu ke perilaku yang lain nya (yang lebih baik tentunya). Tetapi berhijrah adalah bermetamorfosa. Mumpung Ramadhan baru saja lewat. Ramadhan adalah Proses Penyucian diri. Kalau kita ibaratkan air ramadhan adalah arak. Arak merupakan air yang dihasilkan dari proses peragian terlebih dahulu. Ramadhan adalah peragian dari hati kita yang keras seperti ketela menjadi lembut seperti tape yang akhirnya menjadi arak. (tapi jangan pernah berfikir kita akan menjadi arak yang memamukkan dan haram tapi kita ambil hikmah dari proses terbentuknya arak itu). Makanya mumpung habis ramadhan mari kita segera meninggalkan tuhan- tuhan yang selain ALLAH. Tuhan mungkin sudah bosan melihat kemunafikanku ini. Setiap kali dalam sholat namaNYA selalu aku sebut, La illa ha illallah nggak ada satupun Tuhan selain Engkau ya Allah. Tapi dalam realitas kehidupan banyak banget benda yang aku pertuhankan (harta, wanita,dan segala kenikmatan dunia yang menjauhkan cintaku kepadaNYA)
Ya allah La illaha anta Subhanaka Inni kuntum minadz dzolimin (ya allah tida Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku telah mendzolimi diriku)
0 komentar:
Post a Comment