Friday, February 27, 2009

aremania menolak grasi

langkah yang luar biasa diambl oleh rekan rekan aremania, wacana grasi yang beredar selama ini disingkapi dengan bijak oleh para aremania, mungkin di malang sendiri ada pro kontra soal hal ini, tapi sebuah email dari rekan arema membuat aku yakin, bahwa memang arema adalah teladan suporter indonesia
berikut lampiran email tersebut
KOMUNITAS SUPORTER AREMANIA

PERNYATAAN SIKAP
DASAR:
1. Bahwa upaya menegakkan hukum merupakan kewajiban setiap warga
negara dalam membangun sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Bahwa demi tegaknya hukum di Negara Kesatuan Republik Indonesia,
komunitas suporter AREMANIA lebih mengedepankan prinsip-prinsip
“keadilan, kesatriaan, sportivitas, dan menaati prosedur hukum yang
berlaku”.
3. Bahwa untuk merealisasikan poin 1 (satu) dan 2 (dua) di atas, AREMANIA
sebagai komunitas suporter atau pendukung tim AREMA, dengan sadar,
tertib, dan bertanggungjawab, untuk tetap patuh menjalani hukuman yang
pernah dijatuhkan oleh Komisi Disiplin Persatuan Sepak Bola Seluruh
Indonesia (PSSI) tertanggal 17 Januari 2008 yang berlaku hingga 17 Januari
2010.
Berdasarkan pemikiran dan kondisi obyektif tersebut di atas, dengan ini
komunitas suporter AREMANIA,
MENYATAKAN
1. Menolak segala bentuk pengampunan terhadap sanksi yang pernah
dijatuhkan kepada komunitas suporter AREMANIA oleh Komisi Disiplin
PSSI di luar dari prosedur hukum yang berlaku.
2. Komunitas suporter AREMANIA akan tetap berjiwa besar, satria, dan
bertanggungjawab menjalani sanksi, demi tegaknya hukum di Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Menolak dengan tegas kehadiran/kedatangan Saudara Nurdin Halid dalam
kapasitas sebagai Ketua Umum PSSI di BUMI AREMA (Malang Raya),
dalam rangka pemberian pengampunan hukuman kepada Komunitas
Suporter AREMANIA.

Demikian pernyataan sikap ini kami sampaikan untuk menjadi maklum
bagi semua pihak.
Malang, 26 Pebruari 2009
TTD
Komunitas Suporter AREMANIA

Wednesday, February 25, 2009

kapolda kembali berulah.....

Polisi Tak Izinkan Laga Ulang Dua Pertandingan

Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Irjen Alex Bambang Riatmodjo tidak mengizinkan pertandingan ulang antara PSIS Semarang melawan Persijap Jepara dan Gresik United (GU) melawan Persis Solo. Alex menilai Komisi Disiplin PSSI tidak menyetujui langkah pengamanan polisi dengan memutuskan laga ulang itu.

"Dengan keputusan itu, Komisi Disiplin atau Komdis PSSI tidak menginginkan pertandingan sepak bola berjalan aman," kata Alex, Selasa (24/2) di Semarang. Dia juga mengingatkan bahwa polisi memegang peran penting sebagai pemberi izin untuk setiap pertandingan sepak bola.

Komdis PSSI memutuskan pertandingan ulang karena polisi dinilai ikut campur dalam pertandingan. Sebelum laga PSIS melawan Persijap di Stadion Jatidiri Semarang, Minggu (15/2), Alex turun ke lapangan untuk menyampaikan pesan kepada penonton, pemain, dan ofisial agar tertib. Apabila ada pelanggaran yang memicu keributan, polisi tidak segan menangkap pelakunya.

Pada pertandingan antara GU dan Persis Solo di Stadion R Maladi Solo, Kamis (12/2), polisi menangkap Nova Zaenal (Persis Solo) dan Bernard Mamadou (GU). Kedua pemain itu terlibat baku hantam ketika pertandingan masih berlangsung.

"Saya hanya menyampaikan pesan. Apakah itu dianggap sebagai intervensi atau bahkan intimidasi," kata Alex. Menurut Alex, himbauan kepada publik sepak bola seperti dalam laga PSIS melawan Persijap itu merupakan prosedur umum dalam pertandingan sepak bola.

Kamis pekan lalu, Alex bertemu dengan Ketua Komisi Keamanan PSSI Ashar Suryobroto. Dalam pertemuan itu, Ashar mendukung bentuk pengamanan yang diterapkan Polda Jateng. Alex dan Ashar juga sepakat mengusulkan adanya nota kesepahaman mengenai pengamanan sepak bola antara Polri dan PSSI.

Alex juga berencana untuk menunda pertandingan di Jawa Tengah selama masa kampanye berlangsung. "Kami harus berkonsentrasi pada pengamanan pemilu. Semua pihak harus paham bahwa pertandingan harus ditunda," ujar Alex. [den/kompas]

Tuesday, February 24, 2009

Road To World Cup edisi Face book

geliat, gairah, passion kita terhadap niat PSSI untuk mencalonkan diri menuju piala dunia semakin terasa, baru baru ini Presiden AFC mendukung pencalonan inodesia ini, kemudian sebuah lontaran NH tentang pebangunan 5 stadion baru di jakarta, semakin menambah semangat kalau mimpi kita akan tercapai.

Insyaallah di Web ini akan diadakan edisi berkala tentang ini semua.....
mohon doanya semoga sukses,,,,,,

dukungan lewat facebook

bagi anda penyuka jejaring ini bisa bergabung di alamat...http://www.facebook.com/group.php?gid=68328141293

rekan rekan bisa bergabung disana... terima kasih....

Praperadilan Tunggu Tiga Pihak

Bebasnya, Nova Zaenal dan Bernard Mamadou, tak serta merta menghentikan proses gugatan praperadilan yang diajukan tim pengacara keduanya. Sidang perdana kasus tersebut akan digelar Kamis (26/2) di Pengadilan Negeri (PN) Solo.

''Belum ada kejelasan diteruskan tidaknya masalah ini oleh kepolisian. Tapi kami sudah mendapat kepastian jadwal sidang perdana gugatan praperadilan Kamis (26/2) nanti,'' ujar Ketua Tim Advokasi Sepak Bola Indonesia (TASBI) Heru Buwono SH kepada koran ini.

Apabila kasus ini akan diteruskan oleh kepolisian maka pihaknya siap. Tapi apabila kasus ini dihentikan, Heru meminta kepolisian untuk segera mengeluarkan SP3.''Tapi, ada tidaknya SP3 dari kepolisian untuk menghentikan kasus ini, sidang praperadilan tetap berjalan, tinggal tunggu saja hasilnya,'' bebernya.

Terkait kelanjutan gugatannya, Heru menyatakan TASBI masih menunggu informasi dari tiga pihak. Ketiga pihak ini adalah Badan Liga Sepak Bola Indonesia (BLI), Pengprov PSSI Jateng dan manajemen Persis serta Gresik United. ''Apakah gugatan praperadilan akan diteruskan atau tidak kami belum tentukan karena masih menungu koordinasi lagi. Kami juga menunggu kepastian dari kepolisian akan dilanjutkan tidaknya kasus ini,'' bebernya. [im/nan/ko/jawapos]

Friday, February 20, 2009

Foto - Foto Pasoejak ketika Tour ke Sleman


foto foto tour ke sleman bisa di cek disini

klik disini

Tuesday, February 17, 2009

SEPAKBOLA INDONESIA KEMBALI TERANCAM

Lama terdengar gaung revolusi PSSI bergema, ketika itu tuntutan revolusi untuk kemajuan sepakbola Indonesia berkumandang dimana mana, Lupakan revolusi, lupakan mundurnya NH. Semuanya sudah seperti menggarami air laut karena akan sia sia. NH dan kroninya sudah menebar simpati ke kita semua dengan “mengiming-imingi” dengan menjadi tuan rumah piala dunia pada tahun 2018/2022 nanti. Seakan terbius dengan “rayuan” ini Menteri Adhiyaksa Dault secara tegas mendukungnya, padahal kita masih ingat maret tahun lalu ketika ia “mencerca” tentang kebobrokan sepakbola Indonesia dan NH.

Sepakbola yang sedang jalan ditempat ini dipaksa untuk berjalan setapak lagi kebelakang setelah kasus penangkapan Pemain Persis Nova Zaenal oleh kapolda jawa tengah Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo. Peran kapolda yang terlalu agresif ini setidaknya membawa kemunduran pada sepak bola kita.

Dalam sebuah artikel yang ditulis Koran sloops, terlihat sekali kemunduran sepakbola kita kalau kapolda “ikut campur” berikut artikelnya

Komdis PSSI: KUHP tidak berlaku untuk sepakbola

Solo (Espos) Ketua Komisi Disiplin (Komdis) PSSI Hinca Panjaitan, Jumat (13/2), menegaskan KUHP tidak bisa diberlakukan di arena sepakbola karena berlaku lex specialis.

Hinca menuding tindakan polisi melakukan proses hukum menggunakan KUHP terhadap pemain sepakbola yang terlibat pertikaian ketika pertandingan masih berlangsung, sudah melampaui kewenangan penegak hukum itu sendiri.
”Dalam hukum sepakbola seperti yang diberlakukan badan sepakbola dunia (FIFA) berlaku aturan Kode Disiplin Sepakbola dan The Law of The Game sebagai lex specialis. KUHP tidak berlaku. Itulah hukum sepakbola,” tukas Hinca saat dihubungi Espos.
Hinca menegaskan di lapangan sepakbola dan ketika pertandingan sedang berlangsung, yang berhak menghukum pemain hanyalah wasit. Pemain sepakbola yang sedang bermain tidak bisa dikriminalkan.
Oleh sebab itu dia mengimbau Poltabes Solo segera melepaskan Nova Zaenal (Persis Solo) dan Bernard Mamadou (Gresik United) karena tindakan penahanan kedua pemain tersebut sudah menyalahi peraturan.
”Kami mengimbau polisi segera melepaskan kedua pemain tersebut. Dalam waktu dekat kami juga akan segera menemui Kapolda Jawa Tengah (Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo—red), untuk berkordinasi. Kami akan menjelaskan seperti apa wewenang polisi dalam insiden seperti itu,” tegas Hinca.
Kedua pemain ditahan polisi setelah terlibat baku hantam dalam pertandingan Divisi Utama di Stadion Sriwedari, Kamis (12/2). Seusai pertandingan, Nova dan Mamadou langsung digelandang ke Mapoltabes Solo.
Ia mengakui kasus seperti ini baru kali pertama terjadi di Indonesia dan dinilainya sangat aneh. Dia menuding kepolisian sudah melangkah terlalu jauh dari kewenangannya. Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Sekjen PSSI, Nugraha Besoes.
Dikonfirmasi terpisah, Direktur Kompetisi Badan Liga Sepakbola Indonesia (BLI), Joko Driyono mengakui usaha persuasif yang coba mereka lakukan sudah menemui jalan buntu. Oleh karena itu mereka akan mengikuti proses yang berlangsung, yaitu lewat jalur hukum.
Joko mengatakan akan mengirim manajer hukum BLI, Tigor Shalom, berangkat ke Solo, Sabtu (14/2) pagi ini. Nantinya mereka juga akan menunjuk penasihat hukum untuk mendampingi para pemain. Sebagai lembaga yang tempat bernaung para pemain sepakbola, BLI berjanji akan melakukan pendampingan penuh.
”Kami sudah berusaha menempuh jalan negosiasi. Tapi kepolisian ternyata tidak bisa dihadapi dengan cara persuasif. Ya sudah kami akan tunjuk penasihat hukum untuk menyelesaikan kasus ini melalui jalan persidangan di pengadilan,” kata Joko.
Joko juga membenarkan bahwa kasus seperti ini baru kali pertama mencuat di Indonesia. BLI akan terus memantau seperti apa masalah ini akan berlanjut. Namun dia berharap semuanya berakhir dengan baik. ”Memang insiden penganiayaan bukan delik aduan. Tapi kejadian seperti itu harus dilihat dari perspektif sepakbola, bukan hukum pidana, karena itu masih dalam koridor pertandingan.”
Joko khawatir kejadian ini bisa berimplikasi buruk bagi sepakbola Indonesia, terlebih penahanan itu juga melibatkan pesepakbola asing. Apalagi jika Mamadou sampai mengadukan kasus tersebut kepada FIFA. Seperti diketahui FIFA bersikap sangat keras jika pemerintah atau lembaga lain mengintervensi aturan sepakbola. - Oleh : yms

Friday, February 13, 2009

Persis vs GU rusuh, 2 pemain ditangkap

Laga Persis Solo melawan Gresik United (GU) pada lanjutan Liga Indonesia Divisi Utama di Stadion R Maladi Sriwedari, Solo, yang berakhir seri 1-1, Kamis (12/2), berlangsung rusuh. Dua pemain, Nova Zaenal (Persis) dan Bernard Mamadou (GU) ditangkap.

Kejadian tersebut sungguh ironis, karena tengah disaksikan oleh Kapolda Jawa Tengah, Irjen (Pol) Alex Bambang Riatmodjo, Kapolwil Surakarta Kombes Pol Taufik Ansorie dan perwira polisi di jajaran Kepolisian Wilayah (Polwil) Surakarta serta Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Solo. Khawatir kerusuhan berlanjut, Kapolda memerintahkan anak buahnya untuk memeriksa dua pemain yang terlibat bentrok.
Striker Persis Solo Nova Zaenal, pemain GU Bernard Mamadou, perangkat pertandingan (wasit dan asisten wasit) beserta pengawas pertandingan (PP) langsung diperiksa polisi di Mapoltabes Solo seusai laga.
Pada bentrok Wilayah Timur yang juga disaksikan Walikota Solo, Joko Widodo itu, kerusuhan dipicu oleh pertikaian Nova dan Bernard saat pertandingan kedua kesebelasan tengah berlangsung. Namun tak jelas siapa yang memulai keributan, karena ketika insiden terjadi mata penonton banyak tertuju di lapangan sebelah utara (ke arah bola). Sedangkan saat itu Nova dan Bernard berada di posisi selatan.
Wasit I Made Mudita dari Bali mengungkapkan saat terjadi insiden, dia tengah fokus ke pemain GU, Javier Rocha yang sedang terjatuh.
”Tiba-tiba ada pemain bersitegang. Saya ke asisten wasit I, Kustana dan dia juga mengatakan tidak melihat pemukulan. Kedua pemain itu langsung telah saya beri kartu kuning,” katanya. Sedangkan Nova mengungkapkan sebelum dipukul dia mendatangi Mamadao karena pemain asing itu tidak melakukan tendangan fair play seusai terjadi insiden kecil.
”Saat saya tegur, dia langsung memukul. Saya sempat emosi dan mengejarnya, tapi tidak sempat memukul karena langsung dilerai,” ujarnya.
Pemeriksaan kedua pemain tidak terlepas dari pernyataan Kapolda di stadion sebelum pertarungan kedua kesebelasan dimulai. Dia mengingatkan akan menindak tegas pemain, wasit, penonton atau siapapun yang memicu kerusuhan di lapangan. Kapolda menandaskan hal itu guna meningkatkan kualitas persepakbolaan di Indonesia.
Pertikaian antara Nova dan Bernard terjadi pada babak kedua ketika kedudukan sementara 1-0 untuk Persis. Keduanya memicu pemain lain belarian ke lapangan bagian selatan, di mana Nova tergeletak. Tak lama kemudian sejumlah aparat kepolisian yang menjaga ketat laga itu ikut melerai kejadian tersebut. Beruntung pendukung dari kedua kesebelasan masih tertib, tidak masuk lapangan, sehingga polisi tak direpotkan dengan keributan yang meluas.
Turun ke lapangan
Namun kejadian di tengah lapangan itu belum rampung, karena pemain kedua kesebelasan masih bersitegang. Akhirnya, Kapolda yang semula duduk di bangku VVIP langsung turun ke lapangan ikut memberi instruksi kepada anggotanya agar menganmankan kedua pemain yang terlibat keributan.
Nova yang memegangi pelipis kiri karena mengaku dianiaya Bernard sempat digelandang polisi untuk diamankan. Tetapi pelatih Persis Eduard ”Edu” Tjong yang mengetahuinya langsung berlari merebutnya dan menyuruh Nova melanjutkan permainan, karena pertarungan kedua kesebelasan papan bawah ini belum rampung.
Kubu kedua kesebelasan sempat protes atas tindakan polisi tersebut. Karena mereka menilai keributan itu masih di lapangan dan pertandingan masih berjalan. Namun Kapolda bersikukuh melarang pertarungan kedua tim dilanjutkan sebelum kedua pemain yang dinilai mengawali keributan diganti.
”Jangan dilanjutkan dulu sebelum kedua pemain itu diganti,” tegas dia.
Dia berpendapat pihaknya mempunyai wewenang menghentikan suatu pertandingan atau pertunjukan jika terjadi keributan. Karena dia tak ingin mendekati Pemilu ini stabilitas keamanan di Jateng terganggu.
”Saya sendiri sebenarnya pencinta sepakbola. Wong saya dulu juga main bola, tetapi saya tidak ingin setiap pertandingan ada kerusuhan. Saya ingin kualitas sepakbola di Indonesia meningkat,” tegas Kapolda.
Sementara itu Direktur Kompetisi Badan Liga Sepakbola Indonesia (BLI) Joko Driyono mengatakan PSSI akan melihat perkembangan kasus tersebut. Jika para pemain dihadapkan pada kasus hukum, maka PSSI, kata dia, akan menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan di lapangan dan akan mendampingi mereka secara penuh.
Nova dan Bernard akhirnya tetap diperiksa polisi di Mapoltabes Solo. Bernard dibawa ke Mapoltabes didampingi Sekretaris Manajer GU, Jabir. Tak lama kemudian Nova menyusul ke Mapoltabes didampingi Sekretaris Manajer Persis Abraham ”Bram” EWT dan salah seorang Panpel, Sareh S dan Heri Isrianto.

Insiden Sriwedari

Insiden terjadi 20 menit jelang laga berakhir.
Tanpa diketahui jelas, pemain Persis Nova Zaenal tergeletak tak jauh dari pemain Gresik Bernard Mamadou.
Pemain kedua kesebelasan menghampiri lokasi kejadian.
Disusul saling kejar dan dorong.
Kapolda Jateng, Kapolwil Surakarta dan Ketum Persis turun ke lapangan untuk meredam situasi.
Kedua pemain tetap saling kejar dan dorong.
Puluhan petugas keamanan masuk lapangan, laga tertunda sekitar 10 menit. - Oleh : Iskandar, Dewan Wahyudi, Danang Nur Ihsan(espos)

Wednesday, February 11, 2009

Politisasi Suporter

Mungkin bahasan ini sudah terlalu sering di bahas oleh rekan – rekan akan tetapi kali ini sekedar share kejadian – kejadian tentang pasoepati akhir akhir ini. Seorang rekan dari Jakarta mengirimkan sms tentang ulang tahun pasoaepati tanggal 9 kemarin disusul dengan ucapan tentang doa restu salah satu pentolan pasoepati untuk bisa lolos ke gedung DPR pada pemilu 2009 mendatang.

Sebuah cerita lama yang kembali mengusik ku untuk menulis ini. Sehari berselang aku SMS beberapa rekan pasoepati cyber dan jawabannya hampir semua sama, menolak menjadikan pasoepati menjadi kendaraan politik.

Dan tadi pagi aku membuat status di Facebook dengan menggunakan kata – kata yang aku kutip dari salah seorang rekan di solo yang bekerja di dunia percetakan. Pasoepati bukan kendaraan politik untuk memenangkan caleg ataupun partai tertentu dan hingga sore ini ada 17 reply dari komentar tersebut dan berikut ini adalah komentar dari rekan rekan lainnya

Aby Nacha Pasoepati pada 10:02 11 Februari

mosok to res???.... bemo po bajaj wae nek gitu kendaraane L-)

Nugroho Nur pada 10:02 11 Februari

tapi gimana , kalau anggaran suatu kesebelasan di danai oleh seseorang yang memiliki pamrih, ada lho itu , entah dia mau nyalon gubenur, walikota, atau ketua rt..hex10

Veean Laziale pada 10:22 11 Februari melalui Facebook di Ponsel

Setuju !! Pasoepati Not for SALE !!

Nugroho Nur pada 10:26 11 Februari

pertanyaan saya yang sangat mendasar ris " dapet subsisdi dari menejemen persis gak ? he x10 jo nesu sek lho

Bambang Haryanto pada 10:33 11 Februari

Setuju, Arista. Tetapi untuk netral, butuh perjuangan tersendiri. Sekadar contoh, saat malam dana untuk Persis, di panggung ada nomor urut partai politik yang dianut sang ketua umum. Dan kayaknya, Pasoepati tidak bersuara tentang hal ini. Kenapa ?

Pasoepati Yogyakarta pada 10:46 11 Februari melalui Facebook di Ponsel

Tak rasakrasakne sing melu2 masalah politik taek anjing kui hanya orang2 DPP Pasoepati sendiri+ Kroni.. Pasoepati Cyber pokoe anti Politik !!! Golput wae pokoe! Hehehe..

Arista Budiyono pada 11:03 11 Februari

thanks atensinya dulur terutama sang begawan blogger pak bambang.... dinamika politik memang sungguh luar biasa, suka atau tidak pusaran suporter mulai masuk kedalam ranah tersebut. Uang itu kuncinya.. mereka memerlukan dukungan kita dan kita mungkin butuh uangnya....... netral ... sebuah kata yang sangat sulit .. tapi pasoepati cyber seperti kata pakdhe veean ... bukan kambing2 yang mudah dibodohi untuk digiring ke suatu ladang politik.... pasoepati cyber say no to Fuck politik

Nugroho Nur pada 11:08 11 Februari

mudah-2 bener yang kamu omongin ris...
mudah mudahan pasoepati siang lapar dan siap sendiri....itu yang paling berat....

Arista Budiyono pada 11:10 11 Februari

seperti yang sering ditulis pak bambang... "Pasoepati kembali ke khittah" khittah pasoepati adalah suporter bukan superstar...

Handoyo Subosito pada 11:21 11 Februari

Politik dan sepakbola itu sebenarnya gak bisa d'pisahkan kok mas

Arista Budiyono pada 11:22 11 Februari

masalahnya bagaimana kita supaya tidak masuk dalam politik praktis mas handoyo

Taufiq Adi Nugroho pada 12:19 11 Februari melalui Facebook di Ponsel

politik taek! sori..

Arista Budiyono pada 12:20 11 Februari

hahaha sing duwe suroboyo nesu nesu hahahhaha

Taufiq Adi Nugroho pada 12:31 11 Februari melalui Facebook di Ponsel

mnurutku tdk cm pasoepati yg mengalami hal ini..d sby ada banner caleg dgn backgron bonek..mgkn d daerah lain juga ad yg spt itu..intine d mana ada massa d situlah mereka mencoba utk memanfaatkannya..

Pasoepati Yogyakarta pada 13:21 11 Februari melalui Facebook di Ponsel

ak reti pex sing bok karepke! Indah kurnia tow? Wong wingi pas nang suroboyo akeh banget balihone.. Contone nang dalan A. Yani kae.. Nang sidoharjo yo ono malah?

Arista Budiyono pada 13:29 11 Februari

rekan PCSC jabodetabek malah webnya mau dibayar belasan juta oleh salah satu politisi semarang... dan dengan tegas teman teman semarang menjawab NO WAY.....

Pasoepati Yogyakarta pada 13:33 11 Februari melalui Facebook di Ponsel

Pokoe kalo dah masuk dunia suporter, politik kudu ditanggalkan.. Lagian suporter juga gak bodoh! Sukawi sutari nyalon gubernur? Iwan Budi manajer Persik? Toh mereka akhirnya juga gak tercapai keinginannya?hehehe.. Jangan kira suporter bias anda beli bung !!! Loyalitas adalah Jiwa Kami!!!

Arista Budiyono pada 13:37 11 Februari

tapi ismed iskandar jadi lho dab hehehehhehewahidin juga jadi.... hahahhahaha
bener dab loyalitas untuk menjadi suporter adalah jiwa kami

Taufiq Adi Nugroho pada 13:41 11 Februari melalui Facebook di Ponsel

kang vean..anda benar..hehe..biyen neng kleco y wis tau ono lho..spanduke p.bimo mburine pasoepati..py jal?wah ketoe gayenk ki..

Pasoepati Yogyakarta pada 13:53 11 Februari melalui Facebook di Ponsel

Halah? Lha kaen incumbent gubernur sumsel jadiin sfc bwt bahan kampanye tetep wae kalah?hahaha.. Saiki p.bimo yo tetep ngrangkul pasoepati, slogan BP/Bangkit Pasoepati kasat mata dimaksudke Inisial jengene?hehehe..

Lalu bagaiman dengan anda….. mengambil sikap atau tetap di giring ke sana sini tanpa kejelasan. Ayo rekan pasoepati kembali ke “khittah” kita

Hasil Undian 16 Besar Copa Indonesia

Badan Liga Sepak Bola Indonesia (BLI) hari Selasa (10/2) melakukan undian babak 16 besar Copa Indonesia di Four Season Hotel, Kuningan, Jakarta. Dari hasil undian tersebut akan tersaji final dini antara juara bertahan Sriwijaya FC menghadapi salah satu tim papan atas Superliga, Persib Bandung.

Berbeda dengan Sriwijaya FC yang harus melakoni laga berat, tim papan atas sekaligus favorit juara Persija Jakarta akan bertanding menghadapi Persiba Balikpapan. Tim unggulan lainnya, Pelita Jaya Jawa Barat akan ditantang mantan juara Divisi Satu, Persibo Bojonegoro.

Sementara itu Persipura Jayapura akan berhadapan dengan Persema Malang yang kini menghuni pimpinan klasemen Divisi Utama.

Pada Copa Indonesia edisi ke empat ini BLI menerapkan sistem unggulan yaitu empat tim yang musim lalu berhasil lolos hingga ke babak semifinal, diberi fasilitas wild card untuk langsung berlaga di babak 16 besar.. Keempat tim tersebut adalah Persija Jakarta, Persipura Jayapura, Sriwijaya FC, dan Pelita Jaya Jawa Barat.

Meski telah melakukan undian, BLI belum mengumumkan jadwal pertandingan leg pertama maupun leg kedua untuk babak 16 besar. Jadwal tersebut nantinya akan menyesuaikan dengan jadwal Liga Super Indonesia (LSI). Rencananya, BLI akan merilis jadwal lengkap babak 16 besar pada Rabu (11/2) dan Jumat (13/2).

Hasil undian babak 16 besar Copa Indonesia

Sriwijaya FC vs Persib Bandung

Pelita Jaya vs Persibo Bojonegoro

Persipura Jayapura vs Persema Malang

Persija Jakarta vs Persiba Balikpapan

Persebaya Surabya vs Persitara Jakarta Utara

Persih Tembilahan vs Deltras Sidoarjo

Persijap Jepara vs Persikabo Bogor

PSMS Medan vs Persiba Bantul (kpl/zul)

Monday, February 09, 2009

Ulang Tahun Pasoepati ke 9

hari ini tepat 9 tahun pasoepati didirikan, dahulu 9 Februari sekelompok orang mendeklarasikan sebuah kelompok suporter yang akhirnya kita kenal dengan pasoepati. dengan seingkatan awal adalah Pasukan Suporter pelita sejati, akan tetapi seiring dengan waktu dan seiring dengan tidak ber home base nya pelita di di solo maka pasoepati berganti singkatan menjadi " pasaukan suporter paling sejati"

Selamat ulang tahun pasoepati, semoga makin bisa mewarnai dunia persuporteran indonesia dan terus menyebarkan virus - virus perdamaian.

================================================================================
sekedar merefleksi sejarah masa lalu kita. sejarah dimana pasoepati selalu disebut dimana mana, sejarah yang saat ini sirna, sejarah yang selalu jadi nosatalgia kalau kita suporter kreatif. terus saja di dengung dengung kan kalau kita suporter kreatif. ya kita dulu memang selalu atraktif tapi itu dulu berbeda jauh dengan sekarang. tulisan ini saya copi dari situs pak bambang haryanto sebagai perenungan sebagaii pembelajaran buat kita pasoepati era ke 3 (setelah pelita, persijatim kemudian persis ) pasoepati jangan dulu kebakaran jenggot dengan isi tulisannya karena itu adalah sebuah cerminan diri kita (buruk muka cermin dibelah) jadikan ini semua semangat, pelecut, tonggak sebuah pemikiran pemikiran revolusioner baru.
Sandyakalaning Pasoepati

Oleh : Bambang Haryanto
Nelson Mandela punya ujaran, sepakbola merupakan aktivitas yang paling mampu mempersatukan umat manusia. Ujaran Mandela terbukti di Solo tahun 2000, saat tim elit Liga Indonesia asal Jakarta, Pelita Bakrie, memutuskan ber-home ground di Solo. Namanya pun berubah jadi Pelita Solo.

Tanggal 9 Februari 2000 lahirlah kelompok suporternya, bernama Pasukan Soeporter Pelita Sejati (Pasoepati). Sinergi Pelita Solo dan Pasoepati saat itu menjadi gairah baru yang mempersatukan publik bola Solo dan sekitarnya. Pasoepati adalah hasil akal budi seorang praktisi periklanan Solo, Mayor Haristanto. Ia mengambil prakarsa ketika tak ada wong Solo berani jemput bola guna membangun organisasi suporter ketika publik bola Solo terserang eforia karena tiba-tiba hadir tim elit Liga Indonesia di kotanya. Dengan menunggangi gairah warga Solo yang meluap, dipadu sinergi cerdas dengan media massa lokal dan nasional, Pasoepati meroket menjadi meteor di kancah persepakbolaan nasional.

Dengan mengusung tagline revolusi citra baru suporter sepakbola Indonesia, dicoba dibangun kelompok suporter yang juga penghibur di stadion-stadion. Bersemboyan menjunjung tinggi sportivitas dan anti kekerasan, virus Pasoepati menyebar ke seluruh Indonesia. Mayor sendiri, sebagai Presiden Pasoepati, kemudian ikut membidani lahirnya kelompok suporter cinta damai, The Macz Man yang pendukung PSM di Makassar, Asykar Teking yang suporter PSPS di Pekanbaru dan juga kelompok suporter Manado.

Saat itu, saya sebagai Menteri Media dan Komunikasi Pasoepati, mengibaratkan fenomena Pasoepati seperti kisah dongeng sup batu. Kata sahibul hikayat, terdapat dua orang menaruh kuali besar di atas tungku yang menyala, di tengah alun-alun kota. Dalam kuali dimasukkan air dan sebutir batu. Sejurus kemudian dua orang itu segera mengaduk-aduk “masakan”-nya secara sungguh-sungguh dan bersuka ria.

Lalu datanglah orang ketiga. Ia penasaran, ingin tahu apa yang dikerjakan oleh dua orang yang tampak riang tadi. Ia diberitahu bahwa mereka berdua sedang memasak sup yang lezat, tetapi saat itu masih kekurangan wortel. Orang ketiga itu pun pulang. Ia datang kembali membawa wortel yang segera dituangkan ke dalam kuali. Ia pun segera ikut mengaduk-aduknya.

Orang berikutnya datang menyumbang kubis, loncang, seledri, garam, minyak, penyedap rasa, kaldu, daging, dan keperluan sup lainnya. Adonan tersebut makin lama memang terasa menguarkan aroma yang menggugah selera.

Warga Solo, seperti dongeng di atas, saat itu bersemangat memberi (to give) untuk Pasoepati. Meminjam teori Maslow (1954) mengenai hirarki kebutuhan hidup manusia, yang saya rasakan di Pasoepati pada saat itu adalah menggebunya keinginan warga Solo berhimpun guna terpenuhinya kebutuhan tingkat ketiga, yaitu ingin memiliki-dimiliki dan cinta.

Mereka bersemangat untuk berinteraksi dalam Pasoepati guna terbukanya peluang membina persahabatan, memperoleh pengakuan, memiliki identifikasi kelompok dan rasa memiliki sesuatu tujuan bersama. Bahkan pada beberapa individu sudah merambah ke pemenuhan kebutuhan tingkat empat, yaitu kebutuhan terhadap penghargaan, rasa bangga karena memiliki keahlian, prestasi dan prestise dan pemenuhan tingkat kelima dari piramida Maslow, yaitu kebutuhan untuk aktualisasi diri.

Kalau tesis Maslow dipadu dengan teori Miller dan Sjoberg (1973) mengenai gaya hidup manusia yang meliputi pekerjaan, hiburan dan hubungan antar manusia, maka Pasoepati adalah perwujudan jenis hiburan tingkat dua. Kalau tingkat pertama seperti menonton televisi, yang pasif, maka hiburan tingkat kedua ini merupakan rekreasi, revitalisasi atau peremajaan diri. Hiburan jenis ini menuntut orang aktif berperanserta untuk mengobarkan semangat, membangkitkan enerji baru, melalui keterlibatan aktif dalam kegiatan waktu senggang.

Tur-tur keluar kota dan aktivitas Pasoepati yang diperkaya lagu tema dan tagline , misalnya From Solo With Love ketika tur 6/4/2000 menaklukkan Surabaya sampai Pasoepati Embrace The World : I’d Like To Teach The World To Sing pada acara Hut II Pasoepati 9/2/2002 dan peluncuran CD Pasoepati untuk dikirim ke FIFA, Malaysia dan Singapura, sekadar ilustrasi bagaimana Pasoepati mengemas diri sebagai suporter dan entertainer. Buahnya adalah liputan media yang masif, mampu memuaskan ego warganya, bahwa eksistensi dan aksi mereka mendapat pengakuan.

Bulan madu warga Solo dengan Pelita Solo dan Pasoepati, redup tahun 2001. Karena penyandang dananya, konglomerat Bakrie, mengalami kesulitan keuangan, Pelita Solo memutuskan bergabung klub Krakatau Steel di Cilegon, tahun 2001. Kekosongan di kota gila sepakbola ini diisi dengan kehadiran tim Persijatim, asal Jakarta Timur.

Pada tahun yang sama Mayor mengundurkan diri dari Presiden Pasoepati. Untuk memuluskan perpindahannya ke Solo, fihak Persijatim memberikan konsesi kepada pengurus Pasoepati yang baru, yang dijabat oleh Satryo Hadinagoro-Bimo Putranto, menjadi panitia pelaksana pertandingan (panpel) Persijatim di Stadion Manahan.

Mulailah kepribadian Pasoepati mendapat ujian berat. Pada awal berdiri, saya ikut memimpikan bahwa bahwa Pasoepati adalah lembaga hiburan dan wisata yang berkeanggotaan cair, sirkulasi kepemimpinannya seperti formasi burung bangau terbang dan sebagai wahana untuk belajar berorganisasi dan berdemokrasi. Tetapi dengan berstatus sebagai panpel, terutama ketika uang ikut bermain, ketika kedudukan adalah fasilitas, saya tahu bahwa impian awal saya tentang Pasoepati sudah memudar.

Jiwa Pasoepati pun terbelah, karena kini ada perbedaan kasta pada dirinya. Ada Pasoepati yang mendapat bayaran versus Pasoepati yang membayar. Tanpa disadari, sejak itu Pasoepati ibarat melakukan harakiri. Ketidakadilan ini memang tidak keras disuarakan oleh warganya, tetapi mereka mengambil aksi cerdas : hari demi hari semakin susut drastis kehadiran mereka di stadion Manahan.

Mengambil lagi tesis Maslow, karena pengurusnya bekerja untuk uang, berpamrih (to get ), maka kini motif mereka berkiprah dalam Pasoepati menjadi merosot pada piramida Maslow tingkat terbawah. Yaitu pemenuhan kebutuhan fisiologis manusia yang bersifat primitif, meliputi rasa lapar dan haus, kebutuhan yang relatif sederhana, mementingkan diri sendiri, tetapi sekaligus yang paling pokok untuk mendukung kelangsungan hidup itu sendiri.

Dampak yang lain, akibat uang orang berusaha mempertahankan kedudukan. Status quo. Sehingga tidak ada lagi sirkulasi dalam organisasi, tak ada sirkulasi kreasi, yang ada adalah kemandekan.

Itulah gambaran aktual Pasoepati saat ini., ketika masa jabatan Satryo Hadinegoro-Bimo Putranto mendekati akhir. Pasoepati yang dulu dominan memerahkan stadion Manahan, sudah menjadi masa lalu. Kini hanya puak-puak sporadis dan tidak lagi bernyanyi. Panpel pun menuai kerugian.

Ditambah isu mengenai tidak stabilnya kondisi keuangan Persijatim, bahkan tawaran pengambilalihan induk /pemilik tim Persijatim (yaitu klub Bina Taruna) oleh investor Solo juga tidak mendapat respons memadai dari fihak Pemerintah Kota Solo, membuat hengkangnya Persijatim dari Solo tinggal pula menghitung hari.

Ujaran Nelson Mandela bahwa sepakbola sebagai pemersatu, mungkin nanti hanya tinggal kenangan indah bagi publik Solo.

Bambang Haryanto, warga Pasoepati, Sekjen Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI), Pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli yang tercatat MURI.

Thursday, February 05, 2009

3 Pilar Persis bakal absen Edu: Tak ada yang perlu dikhawatirkan

Pelatih Persis Solo, Eduard “Edu” Tjong mengaku tak khawatir dengan kondisi timnya kendati tiga pemain pilarnya bakal absen pada laga krusial melawan Persema Malang, Sabtu (7/2).
“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena kami kan mempunyai stok banyak pemain. Posisi pemain yang terakumulasi kartu kuning itu kan bisa diganti dengan stok pemain yang ada. Misalnya ada Machia, Nova, Irwan, Ispriyanto, Imam, Joned, Dimas dan sebagainya. Jadi kami tidak khawatir,” kata Edu kepada Espos, Rabu (4/2).
Seperti diwartakan dalam harian ini tiga pemain pilar Persis masing-masing Yanuar, Nur Kholiq dan Eko tak akan bisa memperkuat Persis saat menghadapi laga melawan Persema Malang. Karena ketiga punggawa tim berjuluk Laskar Sambernyawa itu telah mengakumulasi dua kartu kuning (SOLOPOS, 4/2).
Lebih lanjut Edu mengutarakan Kamis (5/2) pagi ini akan mulai berlatih. Rencananya jika pada sore harinya tak turun hujan dia akan membawa Imam Rochmawan dkk berlatih di Stadion Sriwedari.
Dibenahi
“Tadi (kemarin-red) kami memang tidak latihan, mungkin besok pagi baru akan melaksanakan latihan bersama. Tetapi kalau turun hujan mungkin kami tidak akan latihan,” papar dia.
Menurut dia pada latihan pagi ini akan membenahi kesalahan-kesalahan kecil yang dipantaunya saat bermain tandang di Pasuruan melawan Persekabpas. Dia juga akan mengingatkan para pemainnya untuk lebih fokus dan hati-hati menghadapi pertandingan.
Apalagi, papar dia, calon lawan mainnya pada Sabtu (7/2) merupakan tim papan atas Divisi Utama Liga Indonesia yang baru saja menghajar PSS Sleman 3-1. “Memang ada kesalahan-kesalahan kecil yang harus dibenahi. Karena itu pada sisa waktu yang ada ini saya akan memberi latihan seperti yang sudah kami programkan dan membenahi kekurangan tersebut,” katanya.
Dia menambahkan pada latihan nanti akan memantapkan taktik dan teknik penjagaan lawan. Diharapkan latihan pengulangan itu akan kian memantapkan skuadnya, sehingga saat main tandang ke Malang mendatang Imam Rochmawan dkk telah mempunyai bekal.
Ditanya soal bonus kemenangan saat skuadnya berhasil mempermalukan Persekabpas di Pasuruan, Edu mengaku belum mendapatkannya. “Belum, sampai saat ini kami belum menerima bonus tersebut,” katanya.
Sementara itu Sekretaris Manajer Persis, Abraham “Bram” EWT yang hendak dikonfirmasi terkait persoalan itu hingga tadi malam belum berhasil. Ketika beberapa kali coba dihubungi telepon seluler yang biasa digunakannya tidak aktif. -

Sementara itu pasoejak menggirimkan wakil untuk melakukan tour ke malang. Tejo korwil Bekasi siap berangkat ke malang besok pukul 12.00 Menggunakan Kereta. Loyalitas Tejo memang luar biasa, setelah kemarin Bersama Toni Karwang Cs MElakoni Tour ke Sleman. Selahkan Menghubungi Tejo Jika anda ingin ikut tour ke malang
Oleh : Iskandar espos/ arista

Wednesday, February 04, 2009

Persis geser Persekabpas

Persis Solo berhasil menggeser Persekabpas Pasuruan setelah pada lanjutan laga Divisi Utama Liga Indonesia putaran II di Stadion R Soedrasono, Pasuruan, Selasa (3/2), menaklukkan tuan rumah 2-1 (1-1).

Dengan demikian tim berjuluk Laskar Sambernyawa ini naik peringkat di urutan ke-13 atau nomor dua dari bawah. Kedua tim sama-sama mengoleksi poin 10, namun Persis memasukkan gol 13 dan kemasukan 20, lebih produktif ketimbang lawannya yakni 8-23. Dua gol Persis masing-masing dicetak Nova Zaenal menit ke-4 dan Anindito menit ke-80. Persekabpas memperkecil kekalahan melalui Fery Liga Saputra menit ke-28.
Pelatih Persis, Eduard “Edu” Tjong mengaku puas dengan kemenangan itu. “Tadi anak-anak bermain bagus, bahkan lebih bagus ketika menghadapi PSS Sleman di Sleman beberapa waktu lalu,” ujar dia ketika dihubungi seusai pertandingan.
Menurut dia kunci kemenangan timnya terletak pada displin para pemain dalam mengawal daerah masing-masing, fighting spirit yang tinggi dan ketenangan mental mereka. Kondisi itu mengakibatkan para pemain bisa tampil lepas saat menghadapi lawan.
Dia menambahkan sebelum bermain pihaknya telah memompa semangat para pemain. Sehingga mental bertanding skuad Kota Bengawan ini naik. “Kami memang mengatakan kepada anak-anak agar tidak takut kalah, meski harus tetap waspada. Instruksi itu tampaknya bisa dimengerti anak-anak dan diimbangi dengan fighting spirit yang tinggi sehingga berhasil memenangkan pertandingan,” ungkap Edu.
Disambut haru
Namun kemenangan pada pertarungan tandang di Jatim ini harus ditebus dengan mahal. Karena tiga pilar Persis masing-masing Nova, Yanuar dan Eko tak akan bisa memperkuat Persis pada laga selanjutnya, akibat terkena akumulasi kartu kuning.
Lebih lanjut Edu mengatakan dua gol skuadnya ke gawang lawan terjadi dari serangan balik yang gagal diantisipasi Persekabpas. Sedangkan gol Persekabpas ke gawangnya terjadi akibat salah pengertian barisan lini belakang, sehingga Fery berhasil membobol gawang Persis.
Sementara itu Asisten Manajer Persis, Abraham “Bram” EWT menambahkan kemenangan pada laga tandang di Pasuruan itu disambut haru seluruh punggawa yang ada di Pasuruan. Sehingga setelah peluit akhir tanda pertarungan kedua kesebelasan berakhir ditiupkan wasit Ahmad Suparman dari Bandung, seluruh punggawa larut dalam kegembiraan di lapangan.
“Sebelum pertandingan dimulai kami memang sempat memompa semangat anak-anak. Karena jika berhasil menang akan membuka peluang untuk lepas dari zona degradasi,” katanya sambil menambahkan selepas pertandingan tersebut timnya terus pulang, meski pada Sabtu (7/2) akan main tandang lagi menghadapi Persema Malang di Malang.
Sedangkan kekalahan ini memicu kekecewaan ribuan pendukung tuan rumah. Sakeramania (julukan suporter Persekabpas) menuntut pelatih Abdul Muntholib diganti dan membakar kostum tim sebagai pelampiasan kekecewaan. ”Motivasi pemain juga sedikit menurun, tapi saya tidak tahu penyebabnya.”
Manajer Persekabpas Eddy Paripurna membantah penyebab utama kekalahan timnya karena motivasi pemain yang menurun, namun mengakui gaji pemain belum diselesaikan. “Mohon dimaklumi, Persekabpas tanpa didukung dana APBD sehingga main saja sebenarnya sudah untung.” - Oleh : ian/Ant espos

Monday, February 02, 2009

Rudy Tak Minta Ampunan Nurdin

Maraknya penghapusan sanksi yang dikeluarkan PSSI ternyata tak membuat Ketua Umum Persis F.X Hadi "Rudy" Rudyatmo ikut-ikutan minta ampunan. Rudy menegaskan tidak akan meminta keringanan atas hukuman yang diberikan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI kepada dirinya.

Rudy dikenai sanksi larangan berkecimpung di dunia sepak bola nasional selama dua tahun lantaran sikap Persis yang tak mengikuti ajang Copa Indonesia IV. Saat ini sejumlah pelaku sepak bola di tanah air yang dikenai sanksi komdis malah mendapat pengampunan dari Ketum PSSI Nurdin Halid.

Namun, Rudy tetap akan tak mengindahkan sanksi tersebut. Sejak diberlakukannya sanksi itu, Rudy tetap mendampingi Persis saat berlaga di kandang sendiri. Dia bahkan tiga kali duduk di bench pemain cadangan saat Laskar Samber Nyawa (julukan Persis) menjamu Persema Malang, Persekabpas Pasuruan, dan PSS Sleman.

''Silakan beri saya sanksi. Dengar-dengar, sanksi saya ditambah satu tahun lagi. Jadi, totalnya tiga tahun saya tidak boleh mendampingi Persis. Saya tetap tidak akan menanggapinya, apalagi banding,'' ujar Rudy kemarin (31/1).

Kabar tersebut tidak membuat Rudy takut. Sebab, hukuman larangan mendampingi Persis tiga tahun tidak akan dilalui. Sebab Rudy tinggal menyisakan waktu dua tahun lagi untuk menjadi ketum Persis. ''Lucu kalau hukuman ditambah, tapi masa jabatan saya sudah habis dalam dua tahun lagi. Terus sisa hukuman satu tahun dibebankan kepada siapa?'' bebernya.

Disinggung soal dihapusnya sanksi beberapa pemain dan pengurus klub dari PSSI, Rudy tak menghiraukannya. ''Dulu komdis sudah memanggil saya. Tapi, saya tak mau datang karena memang hukuman itu sangat aneh, apalagi sekarang muncul keanehan-keanehan lainnya,'' bebernya.

Dia menganggap, penghapusan hukuman beberapa pelaku sepak bola, termasuk PSIR Rembang, sangat aneh. Dia menilai, PSSI tidak konsisten dengan penghapusan sanksi yang sudah dijatuhkan komdis kepada PSIR Rembang. ''Kalau memang sudah dijatuhi sanksi, ya sudah. Jangan malah kemudian dihapus setelah sanksi dijatuhkan,'' terang dia. [im/nan/ko/jawapos]

Pluralisme Suporter

Football for Unity. tagline itu sering kita dengar dalam dunia persepakbolaan, dan memang sepakbola adalah sebuah ajang untuk persatuan. Menyatukan 11 orang yang mungkin berbeda jenis, warna kulit, untuk menjadikan sebuah kesebelasan yang solid untuk memperoleh hasil sebuah kemenangan. berbicara sepak bola tentu tidak lepas dengan penonton atau suporter. Tanpa suporter sepakbola akan terasa hambar. Dan Indonesia adalah salah satu negara yang Suporternya sangat antusias menyaksikan pertandingan Sepakbola yang dimainkan dinegeri ini.

ada hal yang menarik bagi suporter indonesia. loyalitas dan dukungan yang diberikan kepada tim sepak bolanya luar biasa. dan ini sebenarnya modal penting bagi persepakbolaan kita. Hampir setiap daerah mempunyai sebuah Klub sepakbola, dan hampir setiap klub itu mempunyai kelompok suporter, bahkan bukan hanya satu ada beberapa kelompok suporter yang mendukungnya, Secara geografis yang memang berdekatan satu sama lainnya kadang ada sebuah "persaingan" kita sebut saja saja Jogja dan Solo, Jogja dan Sleman, jakarta dan Bandung, Surabaya dan Malang, dan mungkin ada lagi. Entah faktor apa yang melatar belakangi persaingan antar daerah tersebut.

Yang menarik di indonesia ada seperti sebuah pengkotak kotakan suporter. Blok pertama di wakili dengan Aremania, Pasoepati, The Jak, kemudian yang lainnya Bonek, Viking, Sakera atau lebih dikenal dengan BONVISA di tambah Brajamusti. Suka atau tidak memang demikianlah sebenarnya Peta Persuporteran di Indonesia, dan ini membuat setidaknya Stagnasi dalam persepakbolaan kita. Misalnya Bonek bertandang ke Jogja Maka secara Geografis dia akan melewati Solo yang nota bene merupakan "kongsi" arema dan The Jak dan secara tidak langsung potensi kerusuhan ada. Blok Blok inilah sebenarnya yang menghalangi sebuah kreatifitas suporter untuk mendukung tim - timnya. Tapi ada Suporter yang memang Tidak "tergabung" dalam blok besar itu, Slemania misalnya. lalu kemudian Suporter semarang (dengan panser dan Snexnya) Lalu singa mania palembang. dan mungkin kelompok suporter lain. Bukan menyepelekan ketiganya dalam Jumlah atau apa sehingga mereka tidak masuk dalam 2 blok tadi akan tetapi memang kenyataan mereka tidak "berafiliasi" dengan blok - blok suporter tadi. Slemania Misalnya, mungkin memang dia bermusuhan dengan Brajamusti, tapi tidak dengan Bonek misalnya.

Hubungan Ruwet
Ketidakdewasaan suporter - suporter kita membuat ada semacam gap itu tadi. padahal sebenarnya secara individu tidak ada permusuhan apa apa tapi ketidakdewasaan kita sering membuat permusuhan itu tetap dipelihara. Seorang kawan Viking pernah bilang, "anda (pasoepati jakarta) berteman baik dengan The jak, silahkan. saya mengahargai itu karena yang "bermusuhan" adalah Viking dan the Jak. Begitu Pula anda dengan Bonek, Silahkan "bermusuhan" walaupun bonek adalah kawan kami. Pfffffhhhhhh. Ruwet. Demikian sebuah kata yang bisa menyimpulkannya. Keruwetan Hubungan ini. Mungkin Keruwetan ini juga di tangkap oleh Andi Bahtiar Yususf dalam Film nya yang April nanti bisa kita nikmati di Bioskop. lewat Film Romeo*Juliet. ucup mengangkat tema tentang percintaan Cewek Viking dan Cowok The jak. Seorang Rekan Wartawan pernah aku tanya Soal Status "ke-suporter-an" ini dan dia menjawab sambil tersenyum " Aku lahir di bandung Berarti aku Viking, Kemudian Kuliah di Jogja Berarti aku brajamusti, lalu kerja di jakarta berarti aku the jak, dan aku suka sleman berarti aku slemania" Sebuah jawaban absurd yang mungkin memang seabsurd persepakbolaan dan dunia persuporteran kita.

Baju Suporter sudah dianggap agama bagi mereka yang loyal. dan demi apapun mereka rela membela "agamanya" tapi mereka lupa dalam bangsa yang beragama juga ada sebuah sikap yang disebut sebuah sikap Pluralisme, Tolerasi, dan sikap menghargai. lalu bisakah suporter kita mengahargai kata pluralisme itu tadi. Pluralisme di dalam agama adalah, bukan menyembunyikan Keislaman kita atau kekristenan kita, tapi pluralisme adalah Saya Islam, Anda Kristen , Kalian Hindu. Silahkan jalankan agama kalian masing masing dan mari kita tetap bekerja bersama, bergotong royong, tanpa mengusik ke agamaan kita masing - masing.

Silahkan nikmati Warna klub kalian masing masing, tapi jangan jadikan itu sebuah pelegalan untuk melakukan sebuah tindakan yang disebut dengan perpecahan. Aku bangga dengan merah ku. bagai mana dengan anda? bari jadikan perpaduan warna tim kebangaan kita menjadi Sebuah pelangi cinta untuk kemajuan persepakbolaan indonesia.

1