Wednesday, October 25, 2006

SELAMAT IDUL FITRI

Free Image Hosting at www.ImageShack.us
Bulan ramadhan telah kita lalui
kini datang syawal menganti
ketika datang hari nan fitri
ijinkan aku membersihkan hati

Taqaballahu Minna Wa Minkum
Minal Aidzin Wal Faidzin

Selamat hari raya idul fitri 1427 H
Mohon Maaf lahir dan Batin

Thursday, October 19, 2006

Kesempatan kedua

kadang kita kita berfikir kesempatan itu nggak akan datang dua kali
memang benar ada kalanya chance itu cuma ada sekali dalam seumur hidup.
kalau kita gak manfaatin kesempatan itu maka peluang yang sama belum tentu akan datang lagi.
tapi pernahkah kita bahwa TUHAN Maha segalanya
Uduni Astajib Lakum (maaf kalau salah tulis)
Berdoalah maka akan ku kabulkan
kadang kala penyesalan itu selalu datang belakangan akan tetapi sebaik baik manusia adalah yang mengambil hikmah dari kegagalan nya tersebut.


ketika kita mengidap suatu penyakit, ketikakita terbaring dirumah sakit, dan ketika kita tak pernah bisa sembuh akan penyakit kita. pasti dalam hati kita bergumam"kenapa ketika sehat aku tidak pernah bisa menjaga kesehatan yang Tuhan berikan.
Ketika dahulu kita sehat kita selalu enggan untuk Menginggat-ingat DIA. Tetapi ketika sakit namanya selalu selalu Kita sebut untuk mengeluh. Kita merasa kehilangan kesempatan kita. kita gagal. Akan tetapi kalau kita simak lebih dalam. dengan sakit kita bisa selalu mendekatkan diri pada Tuhan. Melewati sisa Hidup untuk mereguk cintaNYa. Bukankah sebaik baik manusia adalah mereka yang selalu mengingat Allah. Jikapun natinya kita tidak mendapatkan kesempatan untuk sehat yang kedua kali. bukankah Pertaubatan merupakan bagian dari kesempatan itu. coba bayangkan jika kita tidak di uji dengan sakit. mungkin dosa kita akan bertumpuk dan makin bertumpuk.

TUHAN Ijinkan aku merubah segala apa yang telah aku perbuat dahulu. kalau memang perbuatan ku dahulu telah salah beri petunjuk agar langkahku kedepan menjadi benar. bila memang perbuatanku yang dahulu ada sedikit benar beri kekuatan untuk memperthankannya.

Aku merasa berdosa dua kali kepadaMu ya Allah. aku lebih hina dari para pembunuh
lebih hina dari pada bajingan
Aku mengaku mencintaiMU tapi perbuatan ku selalau melanggar perintahMU
Bukankah lebih baik seorang berandal yang memang jelas 2 tidak pernah mencintaiMU maka wajar jika ia mendustakanMU.

Tapi lagi lagi ENGKAU selalu memaafkan kesalahan hambaMU "Padahal KAU tau ia akan mengulanginya di lain waktu"

Ya Rabbi "Dholamna Anfusana" Aku telah mendzolimi diriku sendiri
Waghfirli. jika tak KAU ampuni kami adalah orang2 yang merugi

LAILLAHA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINADZ DZOLIMIN
Yaallah tiada tuhan selain engkau Maha suci engkau sesungguhnya aku ini adalah orang yang Dzalim (Doa nabi yunus ketika di perut ikan Paus)

Semoga bermanfaat

Wassalam.
Raih kesempatan kedua kalian selagi nafas masih dikandung badan

00.24 (20 Oktober 2006)
TELAH FITRI-KAH KITA----------------------------------------------------------
Telah fitrikah kita, kalau puasa belum merohanikan kehidupan kita
Telah fitrikah kita, kalau badan, harta dan kuasa dunia masih menjadi muatan utama kalbu kita Telah fitrikah kita, kalau keberpihakan kita belum kepada orisinalitas diri dan keabadian
Telah fitrikah kita, kalau masih tumpah ruah cinta kita kepada segala yang tak terbawa ketika maut tiba
Telah fitrikah kita, kalau kepentingan dunia belum kita khatamkan, kalau untuk kehilangan yang selain Allah kita masih eman
Telah fitrikah kita, kalau kasih sayang dan ridha Allah masih belum kita temukan sebagai satu-satunya hakekat kebutuhan

Ya Allah, jangan biarkan Ramadlan meninggalkan jiwa kami
Ya Allah, jangan perkenankan langkah kami menjauh dari kemuliaan berpuasa
Ya Allah, halangilah kami dari napsu melampiaskan, serta peliharalah kami dari disiplin untuk mengendalikan
Ya Allah, peliharalah Ramadlan dalam kesadaran kami Ramadlan sepanjang jaman Ramadlan sejauh kehidupan Ramadlan sampai ufuk keabadian

BUat Semuanya
Minal Aidzin Wal Faidzin

Dari relung kalbu yang paling dalam ijinkan aku meminta kerelaan maaf dari anda semuanya

SAPIIIIII

Ya Allah, Engkau tak Butuh Sapi...

Bagaimana mungkin orang Madura berani tidak hidup serius dan anti serius, lha wong Tuhan sendiri saja seriusnya setengah mati ketika menggagas, menskenario dan mengagungkan "la 'ibun wa lahwun" - permainan dan senda gurau, begitu kata firmanNya - dimuka bumi dan tempat-tempat lain di kosmos ini.

Kalau Ia berkata: "Aku ini Maha Pengasih dan Maha Penyayang", itu serius. "Aku ini Maha Penjaga dan Maha Pemelihara," itu tidak main-main. Ia mendelegasikan sejumlah Malaikat untuk memelihara pertumbuhan rambut Anda sampai sepanjang-panjangnya dan terus menerus tumbuh sehingga salon dan barber shop memiliki kemungkinan permanen untuk hidup. Para Malaikat lain Ia perintahkan untuk merontokkan rambut orang-orang tertentu, supaya Malaikat itu bisa membedakan mana orang yang ikhlas menerima kebotakannya dan siapa lainnya yang memakai wig atau sekurang-kurangnya menutupinya dengan topi di mana-mana. Sementara beberapa Malaikat lain Ia instruksikan untuk menahan laju pertumbuhan bulu alis dan idep di pinggiran mata Anda sampai hanya di bawah satu senti meter saja, sebab kalau tidak: mekanisme sosial masyarakat manusia akan menjadi lain dan estetika wajah manusia akan berubah konsepnya.

Begitu seriusnya mengkonsepsikan pen-ciptaan-Nya hingga detail-detail yang tak terhitung oleh ultrakomputer. Setiap matahari terbit dan manusia bangun dari tidur lelapnya, senantiasa terdengar oleh telinga bathinnya - dan seringkali tak terdengar oleh gendang dan daun telinga dagingnya - suara gaib bahwa Ia itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Seorang tua renta yang sepanjang hidupnya menyembah berhala, tiba-tiba mendengar suara itu ditengah sakit parahnya yang tak sembuh-sembuh. Kepada berhalanya ia sudah memohon-mohon, bersujud-sujud meminta kesembuhan, tapi tak terdengar jawaban, sehingga akhirnya ia putus asa dan merasa dendam. Ia berteriak pagi itu: "Baiklah, kalau kamu memang tidak bersedia menyembuhkan aku, terpaksa aku akan meminta kepada Tuhan yang namanya Allah atau siapa itu untuk mencoba menyembuhkanku. He, Allah! Kalau memang Kamu ada, kalau memang Kamu Maha Kuasa, kalau memang seperti kata orang-orang Kamu adalah Maha Pengasih dan Penyayang.... sembuhkan
penyakitku!"

Si tua renta itu membentak-bentak Tuhan sehingga para Malaikat yang mendengarnya naik pitam, dan hampir saja digamparnya itu orang, kalau saja mereka tidak ingat bahwa mereka hanya diperkenankan melakukan apa-apa yang diperintahkan oleh Tuhan. "Ya' malu ma yu' marun", hanya mengerjakan yang Allah perintahkan. Maka berbondong-bondong mereka dengan penuh emosi mendatangi Tuhan dan mengadukan perilaku si tua renta yang kurang ajar dan menyinggung perasaan itu.

"Ya Allah, ada seorang hamba-Mu yang tak tahu diri. Ia sembah berhala selama 79 tahun, kemudian di ujung usianya sakit parah dan berhala yang disembahnya tak menyembuhkannya. Lantas ia dendam dan menantang Engkau. Kalau memang Engkau ada, kalau memang Engkau Pengasih dan Penyayang, ia minta bukti berupa kesembuhan...."

Allah menjawab dengan santai namun muatannya sangat serius: "Ya sudah, sembuhkan saja sekarang dia!"

Para Malaikat langsung protes: "Lho, bagaimana, sih? Lebih dari seratus juta umat-Mu di Indonesia berdoa bertahun-tahun agar SDSB dibubarkan, baru belakangan ini saja Engkau mengabulkan. Dan doa-doa mereka menyangkut kekalahan politik mereka, kekalahan ekonomi dan kebudayaan mereka, sampai hari ini Engkau biarkan terbengkalai. Padahal umat-Mu di negeri Indah itu sudah mati-matian salat, hajinya meningkat tiap tahun, sudah bikin masjid di mana-mana, ulamanya sudah kompak selalu dengan umara..... tapi Engkau biarkan mereka terkatung-katung dalam ujian-Mu dan hukum-Mu. Lha, ini ada seorang kafir penyembah berhala mau ngetes Engkau, kok langsung saja Engkau kabulkan permintaannya?"

Tuhan tetap santai juga menjawab: "Lha, kalau doanya tidak Saya kabulkan, lantas apa bedanya antara Aku dengan berhala itu!"

Jadi, ammaba'du, demikian seriusnya Allah atas dirinya sendiri, demikianlah konsistensinya Ia atas ucapan dan janji-janji-Nya sendiri. Bagaimana mungkin orang Madura berani 'dak serius kepada Tuhan dan dirinya sendiri?

Tapi memang ada juga sih, anak-anak muda Madura yang terkadang berani bersenda gurau yang keterlaluan kepada Tuhan, seperti mahasiswa asal Batang-Batang ujung timur Madura yang di kampusnya diangkat jadi Menwa ini.

Pada suatu hari di antara berbagai jenis kemiliteran, ia diwajibkan ikut berlatih terjun payung. Terjun payung! Gila. Naik ke angkasa, lantas anjlok ke tanah! Iya, kalau payungnya bisa dibuka. Kalau tidak? Kalau tiba-tiba lupa caranya mengembangkan payung? Kalau mendadak gegar otak sementara?

Jadi betapa mengerikan. Si pemuda Batang-Batang ini terus terang saja ketakutan setengah mati. Mending carok melawan Rambo daripada terjun payung.

Tapi, demi harga dan kehormatan Madura, akhirnya ia layani juga kewajiban itu. Ia berlatih sebisa-bisa sambil memompa keberanian di hatinya. Tetapi ketika saatnya untuk harus terjun beneran tiba, ternyata ketakutannya belum reda. Badannya dingin panas, dadanya gemetar. Dan dalam keadaan seperti itu, siapa lagi kalau bukan Tuhan sahabatnya.

Maka ketika berbaris menuju pesawat, diam-diam ia berdoa: "Ya Allah, kalau Engkau selamatkan aku dalam tugas ini untuk kembali ke bumi tanpa kurang suatu apa, aku berjanji akan menyembelih ayam..."

Semakin dekat ke pesawat, doanya semakin seru, konsesi yang ia tawarkan kepada Tuhan pun meningkat. "Tidak hanya seekor ayam, Tuhan, tapi lima, lima ekor yang akan saya sembelih!"

Ketika kemudian ia naik pesawat, duduk berbaris, melirik jendela dan melihat betapa jauhnya bumi di bawah, konsesinya membengkak pesat: "Sapi, Tuhan, Sapi! Saya akan sembelih sapi!"

Dan ketika satu persatu anggota Menwa itu didorong terjun dari pintu pesawat, lantas ia sendiri merasakan tangan sang komandan menyorong punggungnya, lantas terlontar dari mulutnya: "Sapi! Sapi!..."

Tapi kemudian, tatkala ia sukses menjalani tugasnya, menjejakkan kakinya kembali di tanah, Si Batang-Batang ini mengadah wajahnya ke atas sambil bertolak pinggang: "Meskipun saya 'dak sembelih sapi, mau apa! Aku tahu Engkau tak butuh sapi!"

1